Rabu, 09 November 2011


Dina Ismaya, Warga Simalungun
Empat Tahun ‘Bertarung’ dengan Kanker Getah Bening
Hari- hari gadis paruh baya Dina Ismaya, selalu diselimuti rasa sakit tak kepalang dan terbaring lunglai di atas kasur kusuh. Sesekali dia meneteskan air mata meratapi kesedihan yang tengah dialami. Dalam doa, dia selalu berharap dapat mujizat dari sang Maha Kuasa, agar diberi kesembuhan dari ganasnya penyakit Kanker Getah Bening. Selama 4 tahun penyakit teramat menyakitkan itu, menempel dan merusak kelenjar dibagian lehernya. Dengan serba keterbatasan pula Dina dan ke dua orang tuanya ‘bertarung’ bagaimana caranya Dina bisa sembuh dari penyakit yang tak lazim itu. 

Tubuh gadis usia 23 tahun ini, terlihat kurus dengan sorot pandang kosong menatap asbes rumahnya. Segala impiannya pupus sudah. Harusnya Dina bahagia membaur dengan teman satu sekolah dan sekampungnya. Namun apa hendak dikata, penyakit Kanker Getah Bening hinggap dan menyiksanya. Itu lah fakta miris dialami Dina, saat di temui awak Tabloid ini di kediamannya Dusun Bahliran, Kecamatan Pane, Kabupaten Simalungun, Selasa pekan lalu.
Kisah dari Sri, ibu Dina yang duduk disamping putri sulungnya itu mengatakan gejala derita ini dirasa Dina ketika duduk di bangku kelas III SMA di salah satu sekolah swasta di Kota Pematangsiantar.  Awalnya dia merasa ada gangguan di bagian leher tubuhnya. Ketika Dina mengeluhkan  rasa sakit itu, suasana panik pun muncul bagi Sri dan suaminya Giman. Agar lekas sembuh, Dina pun diboyong  ke Bidan Desa. Tapi, upaya penanganan medis desa, tak berbuah hasil. Akhirnya dengan modal nekat  uang pas-pas an, Sri dan suaminya Giman membawa Dina berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Djasamen Saragih.  Dari diagnosa dokter, diketahuilah bahwasanya Dina mengidap penyakit Kanker Getah Bening. Ketika dokter tau jenis penyakit yang ganas itu menyerang Dina,  dia pun diusul agar dirawat di RSU H Adam Malik di kota Medan. Karena dokter RSUD Djasamen angkat tangan alias tak sanggup mengobati Dina.
Selama 6 bulan Dina dirawat di RS Adam Malik. Tentu saja kedua orang tuanya, bahkan sanak family harus pontang panting cari uang biaya pengobatan. Belum lagi mereka harus aplusan menjaga Dina selama dirawat. Agar beban itu tak terlalu berat, untung saja mereka bisa dapat subsidi Jaminan Sosial Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Mengandalkan Kartu Jamkesmas itu lah, Dina dapat perawatan medis di Kota Medan. Pihak rumah sakit Adam Malik menyarankan agar Dina menjalani perobatan kemoteraphy. Sebelum kemoteraphy itu dilakukan, pihak rumah sakit terlebih dulu minta persetujuan dari kedua orang tuanya.
Dokter pun menerangkan beberapa efek kemoteraphy yang akan dialami Dina. Menurut keterangan, efek kemoteraphy itu bisa menimbulkan rambut rontok, badan makin kurus dan timbul warna gosong di bagian tubuh. Setelah mengetahui dampak perobatan itu, dengan penuh pertimbangan,  ke dua orang tuanya memutuskan tidak bersedia bila kemoteraphy di lakukan pada putrinya kesayangannya.
“Tidak mungkin lah kami ijinkan, karena akibatnya bisa membuat kondisi anakku makin parah dan tersiksa. Apalagi kata dokter, kalaupun di Kemoteraphy, belum pasti sembuh pula,” kata Sri berkisah pilu. Sejak putusan itu disampaikan ke pihak RS Adam Malik, Dina pun terpaksa dibawa pulang dan dirawat apa adanya di rumahnya.
Penuturan Sri dengan linangan air mata, saat ini putrinya hanya pasrah dapat perawatan obat kampung.
Soalnya, bila berobat ke Penang Negara Malaysia, tak akan mungkin terwujud melihat keadaan ekonomi mereka yang selama ini Ayahnya Giman hanya buruh kasar bongkar muat tangkahan. “Gimana berharap sampai ke Penang lah mas,  disini saja kita mengandalkan kartu Jamkesmas. Dana darimana biayanya, belum lagi menutupi uang sekolah adik-adiknya,” keluh Sri berharap ada donatur yang mau menyisihkan uang menolong Dina sembuh dari penyakit Kanker Getah Bening itu. (*)

“ Uang Lelah “DPRD Siantar, Suap atau Korupsi?

AKP Azharuddin, Kasat Reskrim Polresta Pematangsiantar, mengatakan soal pemberian “uang lelah” dari Pemko (Pemerintah Kota) Pematangsiantar pada anggota DPRD Kota Pematangsiantar, merupakan kesalahan fatal. Alasannya, menurut Azaharuddin, karena membagi-bagi uang negara.
Sehiggga dugaan pemberian uang negara dengan istilah “uang lelah” itu, kata Azharuddin pihak Kepolisian akan melakukan lidik. “ Kita akan melakukan lidik, belum mengarah tindakan pengusutan,” ujar AKP Azharuddin, saat dikonfirmasi Jumat (4/11), sekitar pukul 11.12 Wib.
Berbeda pula dikatakan Kasi Intel Kejaksaan Negeri (Kejari) Pematangsiantar, Linardo Sinaga,SH  hanya berucap ‘no comment’  soal “uang lelah” anggota DPRD Pematangsiantar. Alasannya belum mengetahui pasti isu yang beredar luas di Pematangsiantar.
Menanggapi dugaan penyimpangan itu Advokat Nopemmerson Saragih SH, menuding pemberian “uang lelah” itu, bisa diindikasi tindakan suap. Karena menurut Pengacara kawakan ini, jenis uang seperti itu tidak ada pengalokasiannya dalam anggaran Pemko. “Legalitasnya hukumnya juga tak ada diatur. Tindakan  itu bisa diindikasikan suap atau korupsi,” sebut Nopemmerson.
Penegasan disampaikan Nopemmerson, senada dengan kritisan Jierry Semampaow, Pengamat Politik Nasional, sekaligus Koodinator Komite Pemilihan Indonesia (TePI). Pria yang satu ini mengatakan pos anggaran pemberian “uang lelah” dalam APBD setiap daerah, itu tidak ada. Kalau soal uang rapat DPRD, katanya sudah memiliki pos anggaran tersendiri.
Kajian Jierry, pemberian uang itu bukannya uang lelah, tapi uang jasa memperlancar proses LKPj dan P-APBD. “Jika itu adanya, sudah tindakan fatal dan sangat menyalahi aturan dan perundang-undangan yang ada,” sebutnya.
Untuk sekedar mengetahui, bahwa  LKPj Tahun 2010 dan P-APBD Tahun 2011, yang telah selesai dilaksanakan di gedung DPRD berjalan mulus. Dibalik kemulusan itu beredar pula isu bahwa anggota DPRD disebut-sebut menerima uang lelah.
 Kerancuan itu mencuat diawali adanya potongan Rp250 ribu, oleh oknum pejabat di Sekretariat DPRD (Setwan).  Pemotongan itu ditujukan pada pegawai Setwan dan 'pengamanan' wartawan.
Pembenaran isu itu juga terungkap dari salah seorang anggota dewan salah satu Parpol (Partai Politik) terbesar di Pematangsiantar. Sumber Konstruktif  mengaku menerima uang itu dari pihak eksekutif. Namun, disebut pemotongan Rp 250 ribu dari sejumlah uang yang diterima, bukannya biaya 'pengamanan' wartawan, melainkan diberi ke pegawai Sekretariat DPRD. Pengakuan yang sama, dari anggota dewan berasal dari partai kecil menyebut  menerima uang sebesar Rp7, 5 juta.

Di tempat berbeda Sekwan (Sekretaris Dewan) DPRD, Mahadin Sitanggang, dikofirmasi melalui pesan singkat telepon selular, membantah soal 'uang lelah' tersebut. Dia juga membantah soal pemotongan uang itu.
 Wacana dugaan dan pengakuan menerima “uang lelah”, ini pun mendapat kritikan dari Ketua Presidium Study Otonomi dan Pembangunan Demokrasi (Sopo), Kristian Silitonga, Selasa (1/11).

Menurut Kristian Silitonga, “uang lelah” terindikasi sebagai bentuk gratifikasi atau suap yang dilakukan eksekutif (Pemko Pematangsiantar) terhadap legislatif (DPRD Pematangsiantar). Sehingga hal itu menjadi hal yang berbahaya. Jika dibiarkan, maka ini sama saja dengan pengkhianatan rakyat. (*)



Pardomuan Nauli Simanjuntak SH Terpilih Jadi
Ketua KONI Simalungun 2011-1015


Musyawarah Olahraga Kabupaten (Musorkab) Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Kabupaten Simalungun berlangsung sukses, di Hotel Patra Jasa Parapat, Sabtu (05/11). Setelah proses panjang, akhirnya Pardomuan Nauli Simanjuntak SH terpilih jadi ketua periode 2011-2015 .


Sosok Pardomuan Nauli Simanjuntak SH, sebelumnya dikenal sebagai pengurus Federasi Olahraga Karate Indonesia (Forki) Simalungun. Dalam bursa pencalonan itu, Pardomuan Nauli Simanjuntak menang telak mengantongi 13 suara pendukung. Sedangkan Darwin Saragih SE kandidat yang ikut mencalonkan diri  mendapat 3 suara.

Dalam sambutannya, Pardomuan Nauli Simanjuntak SH menyampaikan rasa terima kasihnya pada seluruh peserta yang telah mempercayakan dirinya memimpin Koni, masa 4 tahun ke depan. Tak luput Pardomuan minta dukungan semua peserta dan stakeholder olahragawan, agar bergandengan tangan membangun Koni Simalungun.

Dia berharap kelak para atlet Simalungun bisa mengharumkan Simalungun melalui olahraga ke tingkat nasional bahkan internasional. “Kita optimis Koni Simalungun akan melakukan terobosan baru memajukan para atlet kita jadi atlit  profesional,” ungkapnya.

Sebelum terpilih, Pardomuan Nauli Simanjuntak SH  menyampaikan visi misi-nya berkomitmen mengusahakan penambahan anggaran Koni dengan melakukan lobi-libi pada Eksekutif dan Legislatif. Tak luput berkoordinasi pada tiap Pencab yang ada untuk mengembangkan bakat atlet.

Ketua Panitia Rasydin Harahap  dan Sekretarisnya Arifin Sagala SH mengatakan,  Musorkab itu diikuti peserta dari 16 Pengcab ditambah  3 Pengcab peserta peninjau termasuk korwil di beberapa Kecamatan Kabupaten Simalungun. Selama kepengurusan Koni 2007-2011 katanya program Koni juga banyak mengalami kemajuan. Ada sejumlah atlet meraih medali emas di beberapa kompetisi tingkat propinsi  dan nasional. Di antara atlit yang berprestasi itu Binsar Marbun dari Taekwondo mewakili Sumut untuk tingkat nasional .

Pada kesempatan itu, Ketua Umum Koni Sumut H Gus Irawan Pasaribu SE Ak MM  diwakili Wakil Ketua Umum Prof DR Agung Winarno, berharap pengurus Koni Simalungun mampu mengembangkan bakat para atlet yang ada disetiap Pencab,  tanpa pandang bulu. “Segala kegiatan pencab harus diakomodir agar menuai keberhasilan,” harapnya. Usai memberi arahan itu, Prof DR Agung Winarno memukul Gong tiga kali sebagai pertanda Musorkab Koni Simalungun, resmi dibuka.

Kegiatan itu juga dihadiri Bupati Simalungun  yang diwakili Kadispora Simalungun Jarinsen Saragih SPd menyampaikan Pengurus Koni harus  menguasai  ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu membuat program penambahan sarana dan prasarana atlet untuk latihan.  Jarinsen juga mengajak Ketua terpilih nantinya mengesampingkan kepentingan pribadi ketimbang kepentingan olah raga Simalungun.
 Musorkab ini berlangsung lancar dengan pimpinan sidang Piliaman Simarmata SH , Parsaoran Manullang,  Jes sihotang (ketiganya dari Pengcab) didampingi Pengurus Koni Sumut Agung Winarno dan satu dari pengurus Koni Simalungun Dr Ir  Robet Siregar.

Acara itu juga dihadiri Ketua Koni Simalungun  2007-2011 Evra Sassky Damanik dan Sekretraris  Arifin Sagala SH,  para peserta pengurus cabang olahraga dan Paduan Suara SMA Negeri 1 Girsang Sipangbolon serta undangan lainnya. (*)



Camat Raya, Drs. Jon Suka Jaya Purba
Jujur dan Kerja Keras Demi Pembangunan Raya

Bagi Camat yang satu ini soal kepercayaan amat perlu dijaga dengan baik, dan dijalankan dengan sungguh-sungguh. Sebuah amanah mutlak diakomodir sedaya upaya agar hasil yang dicapai pun bisa dirasakan secara nyata bagi masyarakat. Prinsip ini lah yang senantiasa terpatri dibenak dan pemikiran Camat Raya, Jon Suka Jaya Purba. 

Pria ramah ini sekarang dipercaya Bupati Simalungun DR JR Saragih menggagasi berbagai program pembangunan berbagai sektor di Kecamatan Raya. Pendelegasian dari Bupati itu dijalankannya dengan kejujuran, keberanian dan cerdas mengatasi situasi, sesuai nasehat yang diajarkan orang tuanya. “Saya tak bisa lupakan petuah dari orang tua, bahwa menjalani hidup ini harus jujur dan bertanggungjawab,” kenangnya.

Pria berkulit putih suami dari Dra Elvida Sipayung ini menegaskan amanah yang diberi atasan  harus dilaksanakan dengan baik. Seberat apapun pekerjaan, demi pelayanan pada masyarakat khususnya di Kecamatan Raya, mesti dijalankan. Salah satu kinerja berhasil dilakukannya yaitu pembebasan lahan untuk pelebaran jalan sepanjang 3 KM. Program itu berjalan lancar dengan apresiasi kondusif dari masyarakat Raya. “Semua amanah bila dijalankan dengan pendekatan dan komunikasi yang baik dengan masyarakat, bisa menghasilkan kinerja yang bagus,” terang Jon Suka. 


Jon Suka Jaya Purba, setelah dilantik jadi Camat Raya, perlahan-lahan namun pasti,  tampaknya pembangunan Raya mulai berjalan dengan baik. Bahkan ada hasil kinerjanya berlangsung cepat tanpa kendala. Baru baru ini dia melakukan program pemekaran Nagori dan merubah status beberapa Nagori yang jadi Kelurahan.

Sebelumnya, di Kecamatan Raya ada 17 Nagori dan 1 Kelurahan. Setelah dirinya menjadi Camat, dia mengakomodir aspirasi masyarakat dengan mewujudkan pemekaran nagori juga penambahan kelurahan. Itu dilakukan semata mata demi peningkatan pembangunan di Kecamatan Raya.

Jon Suka yang juga Putra daerah Raya ini telah memekarkan 3 Nagori yakni Nagori Merek Raya dimekarkan dengan penambahan Nagori baru yakni Limag Raya. Kemudian, Nagori Dalig Raya dimekarkan menambah Nagori Lokkung Raya dan Nagori Bahapal Raya dimekarkan menambah Nagori Dame Raya.


 Tak hanya itu, Bapak 3 orang anak ini juga mewujudkan beberapa Nagori yang berubah status jadi Kelurahan. Camat yang pernah Pendidikan dan Pelatihan (diklat) pimpinan tingkat III di Medan ini, mengurai bahwa Nagori Sondi Raya kini berubah jadi Keluarahan Sondi Raya, Nagori Merek Raya jadi Kelurahan Merek Raya, Nagori Dalig Raya jadi Kelurahan Dalig Raya ditambah Kelurahan yang sudah ada, yaitu Kelurahan Pematang Raya dan Kelurahan Baringin Raya
.
Jon Suka Jaya yang juga hobi pencinta alam ini, selain serius menjalankan program pembangunan, dirinya juga tengah berupaya mencapai target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2011. Sejauh ini PAD yang dicapai kata Jon Suka yang meniti karir jadi PNS sejak tahun 1993 sebagai staf pembantu Bupati 5 wilayah ini, menjelaskan bahwa target PBB telah tercapai 80 persen, Parkir 85 persen dan IMB 70 persen. Dia optimis akhir tahun 2011 ini target itu akan terpuhi 100 persen.  “Mudah-mudahan akhir tahun ini target itu tercapai, dan nantinya bisa dimanfaatkan untuk pembangunan Kecamatan Raya secara merata,” harap Jon Suka. (*)

Bio Data:
Nama                           : Drs. Jon Suka Jaya Purba
Tempat/Tgl Lahir          : Pematang Raya, 28 Agustus 1968
Agama                         : Kristen Protestan
Alamat                         : Jl. Sudirman No.33 Pematang Raya
Pekerjaan                    : Camat Raya
Nama Istri                   : Dra. Elvida Sipayung
Anak                           : Hana Grace JMP Purba
                                      Yoshelina Laura M Purba
                                      Michael William Deardo Purba
Hobby                         : Pencinta dan Penjelajah Alam

Riwayat Pekerjaan :
1993 s/d 1995             : Staf Pembantu Bupati Wilayah III Kabupatan Simalungun
1995 s/d 1997             : Kepala Sub Bagian Umum Kabupaten Simalungun
1997 s/d 1999             : Sekretaris Camat Kecamatan Raya
1999 s/d 200               : Kasubbag Tata Usaha Dinas Cipta Karya Kabupaten Simalungun
2002 s/d 2008             : Kasi Pemerintah, Ketentraman dan Ketertiban Kantor Camat Raya
2008 s/d 2010             : Kepala Seksi Pemerintahan Kantor Camat Raya
2010 s/d 2011             : Camat Raya Kabupaten Simalungun

Diklat yang Pernah Diikuti :
1.      Kursus Manejemen Proyek di Pematangsiantar
2.      Orientasi Sekretaris Kecamatan di Medan
3.      Diklat Pimpinan Tingkat IV di Pematangsiantar
4.      Diklat Pimpinan Tingkat III di Medan          

Pelestarian Becak ‘BSA’ Siantar Butuh Perda



Tak terasa, komunitas BSA Owner Motorcycle Siantar (BOM’S) telah berusia 5 tahun. Menyemarakkan ulang tahunnya ke 5, BOM’S yang anggotanya terdiri dari pemilik becak bermotor, vespa, motor gede, kendaraan tua dan onthel dengan jumlahnya mencapai ribuan, mengelar pawai kendaraan. Kegiatan tersebut digelar pada Minggu pagi, 30 Oktober 20011. Pawai kendaraan tersebut mengambil start dari Lapangan Adam Malik-Jalan Merdeka- Pasar Horas-Jalan Ahmad Yani-Jalan Kesatria - Jalan Asahan – Ramayana - Jalan Sutomo - Simpang Empat - Jalan Gereja - Jalan M.H Sitorus dan finish kembali di Lapangan Adam Malik. 


Foto : Ketua Umum BOMs Erizal Ginting bersama Kapolresta Siantar AKBP Albert Sianipar dan Anggota DPR RI Anton Sihombing

Pawai itu langsung dipimpin Presiden BOM’S Indonesia, Erizal Ginting bersama Kapolresta Pematangsiantar, AKBP Albert TP Sianipar, Sik,MH. Usai pawai, para abang becak memasuki areal perayaan ulang tahun dengan mengatur parkir kendaraannya dengan rapi tanpa komando. Kegiatan berikutnya adalah penyampaian sambutan dari para tamu undangan. 



Pada kesempatan itu, Kapolresta menyampaikan sambutannya sekaligus memberikan ucapan selamat atas perjuangan BOM’S selama ini. Diharapkan, dalam perayaan ulang tahunnya ke-5 ini, BOM’S tidak sekedar menjadi ajang silaturahmi belaka. Namun diharapkan bisa membuahkan rasa persaudaraan. Para bikers diharapkan bisa saling mengenal lebih dalam lagi. Selain itu anggota BOM’S diharapkan bisa sebagai duta riding sekaligus teladan dalam tertib berlalu-lintas.
Sementara itu, salah seorang tamu undangan, anggota DPR-RI, Anton Sihombing mengakui kecintaannya terhadap becak Siantar. “Kalau tidak cinta saya ke becak Siantar saya tidak datang kemari. Karena nanti jam 11 malam saya ada kegiatan di Papua. Jadi mohon maaf apabila saya harus terburu-buru,”katanya saat didaulat memberikan sambutan. Politisi asal Partai Golkar ini menambahkan, becak Siantar sangat unik dan klhas. Sehingga harus dipertahankan. Bahkan bisa dijadikan ikon bagi pengembangan wisata di Pematangsiantar. Hal senada dikatakan Pengurus Club Bikers Sumatera Utara, Johannes. Pihaknya telah merekomendasikan agar BSA diusulkan masuk  Museum Rekor Indonesia (MURI) karena keunikannya. “Dalam hal ini kita bisa bekerjasama dengan Pemko Pematangsiantar dan pemerintah Provinsi Sumatera Utara,”katanya.
Ketua Panitia, Alvin Nasution, mengatakan, becak Siantar menjadi lebih menarik karena unik dan pemiliknya sangat kreatifg. “Ditangan orang kreatiflah BSA bisa bertahan. Kita menyayangkan kurangnya perhatian Pemko Siantar dalam melestarikan BSA ini. Semoga pemerintah terketuk hatinya melestarikan BSA ini,”katanya. Sedangkan Bapak Onthel Sumatera Utara, Safwan Khayat dalam sambutannya mengungkapkan kebangganya dengan eksistensi BSA Siantar yang tetap bisa dipertahankan.

Perlunya Perda Becak Pariwisata
Pada kesempatan itu, Presiden BOM’S, Rizal Ginting, mengutarakan, sejak perayaan ulang tahun pertama sampai kelima, tuntutan para abang becak agar Pemko dan DPRD Siantar membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang BSA sebagai kendaraan pariwisata belum terealisasi.
Dalam perayaan ulang tahun BOM’S kelima ini, ada 2 hal besar yang tengah mereka rencanakan. Yakni, pertukaran budaya antar brotherhood dari Sabang sampai Merauke dan perjuangan BOM’S melawan genosida becak (pemusnahan besar-besaran secara sistematis terhadap becak BSA). Untuk itu, DPRD harus mau mendengarkan aspirasi dan kegelisahan abang becak pasca menjamurnya becak buatan Jepang. “Mereka seperti menutup mata dan telinga bila keresahan abang becak ini dilontarkan ke publik. Selalu jawabannya, nanti akan kami rapatkan. Tapi kapan? Mereka bekerja yang menggaji rakyat lho. Mereka wakil rakyat yang punya kemampuan dan kapasitas untuk melestarikan BSA dalam Perda,”katanya.
Menurutnya, BOM’S akan terus memperjuangkan BSA menjadi kendaraan pariwisata di kota berwarna sejuk ini. Sebab becak merupakan identitas dan ikon kota Siantar. Ada empat tuntutan BOM’S kepada pemerintah untuk memperjuangkan BSA, yakni menolak penghapusan BSA, pemutihan surat-surat BSA, diberikan wadah hukum berupa Perda agar disetujui sebagai kendaraan pariwisata dan menjadikan BSA sebagai wisata cagar budaya.
Dari keempat tuntutan tersebut, tuntutan pertama dan kedua telah disetujui. Namun tuntutan ketiga dan keempat masih dalam perjuangan. “Bentuk perjuangan yang kita lakukan adalah audiensi ke DPRD agar wakil-wakil kita memperjuangkan nasib abang abecak  tersebut,”katanya mengakhiri sambutannya. Dalam kesempatan itu, Rizal Ginting memberikan sertifikat kepada orang-orang yang berjasa dalam perkembangan dan pelestarian BSA Siantar. Dilanjutkan dengan pembaian sembako secara simbolis pada abang becak dan aneka games, kontes motor bersifat retro, modern dan original. (*)