SOSOK
Jejaring sosial Facebook ternyata cukup efektif menjadi media komunikasi dan menjalin silaturahmi. Hal ini dibuktikan komunitas masyarakat Simalungun hingga terbentuknya organisasi “ EHAMSI “ ( Etaham Mambangun Simalungun). Grup Facebook yang baru terbentuk beberapa bulan sudah punya anggota lebih dari 2500 orang, tersebar di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri.” EHAMSI yang berbadan hukum akan segera dideklarasikan. Jika selama ini komunikasi hanya di dunia maya, maka kini akan dibuat di dunia nyata“, ujar Piktor Oloan Sipayung SE, salah seorang penggagas organisasi yang dibentuk dengan modal kepedulian “ahap “ Simalungun itu.
Pria kelahiran 9 Peburai 1967 ini menyatakan bahwa EHAMSI ingin berbuat sesuatu yang nyata buat kemajuan Simalungun, baik di bidang pembangunan, pertanian, pariwisata, transportasi, serta kesenian dan kebudayaan Simalungun.
Dia juga menyatakan kerisauannya atas pelestarian dan pengembangan seni budaya daerah Simalungun. Anggaran untuk pengembangan seni budaya Simalungun sampai saat ini masih relatif kecil. Hal ini disebabkan kurangnya kepedulian pemerintah daerah memberdayakan seni budaya simalungun sebagai salah satu produk unggulan. “ Ini harus menjadi perhatian dan komitmen kita bersama,” ujar Piktor Sipayung ketika berbincang dengan Tabloid Konstruktif Rabu (5/10) di kantornya HALKIT TAXI, Jalan Sutomo bawah Pematangsiantar.
Dalam rangka kepedulian itulah, kata Piktor Sipayung SE, ribuan anggota EHAMSI ingin berbuat sesuatu di Simalungun. Sejumlah tokoh dan kader muda yang aktif menggagasi EHAMSI menyatakaan bersedia jadi pengurus EHAMSI. Antara lain Ida Mastaria Saragih, Drs Ulamatuah Saragih, Hendry Damanik, Jalpen Sipayung, Sahala Tuah Saragih, Joe Friezer Sipayung, Franz Saragih Garingging, Sarmulia Sinaga, Luhut Sitinjak SH, Wira Hadikusuma ST, Ir Rawelson Situmorang, Medy Sumbayak, Jhon Kariando Purba, Pardi Purba, Saturnus Franky Saragih Garingging dan Elseryda Damanik di Jerman. Masih banyak lagi yang tertarik bergabung. (ul)
M. ADIL SARAGIH, SP
Aktivis Peduli Petani Kopi
Komoditi kopi semakin menggeliat di Simalungun, khususnya Simalungun atas. Selain harga jualnya cukup mahal, kualitasnya pun diminati masyarakat. Hasil penjualannya juga cukup membanggakan sebagai penyumbang devisa di Simalungun. Terobosan ini sudah selayaknya mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun. Namun, Pemkab Simalungun masih mendua hati. Paling tidak terlihat dari struktur APBD hanya mengalokasikan sekitar 10 persen untuk sektor Pertanian, termasuk di dalamnya untuk petani kopi. Padahal penduduk Kabupaten Simalungun, 70 persen hidup bertani..
Hal itu dikatakan M Adil Saragih SP salah seorang petani di Kecamatan Raya. Menurut Adil yang juga aktivis SCW (Simalungun Coruption Watch) menegaskan pengembangan tanaman kopi Ateng sangat berpotensi di Simalungun. Dalam kaitan itulah, pekan lalu dirinya bersama 32 orang petani kopi dari Nagori Siporkas dan Raya Bayu Kecamatan Raya, didampingi PPL Henna Saragih studi banding tentang kopi ke Kampung Gegerung, Kecamatan Pesem, Kabupaten Bener Meriah, Propinsi Aceh.
Pria kelahiran
Oktavianus Sitio, Aktifis Walhi Sumatera Utara
‘Pelayanan Publik Kita Buruk.!’
Menurut literaturnya, penyelenggaraan pelayanan publik adalah upaya pemberian pelayanan oleh pemerintah. Mengelola sumber daya yang tersedia untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pihak yang berhak mendapatkan pelayanan.
Namun kenyataannya, “Tidak ada tempat untuk hidup yang nyaman”, adalah ungkapan yang dapat menggambarkan kondisi buruknya pelayanan publik di republik ini. Dalam semua sektor pelayanan publik, keluhan masyarakat selalu hadir mengisi kolom-kolom di media massa, perbincangan di warung-warung kopi dan tempat-tempat lainnya.
Dari 40 bidang pelayanan publik, seperti : ketertiban umum; kepolisian; pertahanan dan keamanan; sanitasi; pengelolaan sampah; penerangan listrik di tempat umum; air baku bersih; saluran air buangan (drainase); pembangunan dan pemeliharaan jalan; rumah sakit dan klinik berobat umum; prasarana dan sarana transportasi massal; rumah sakit khusus; informasi pemerintahan; pengolahan air limbah; penanggulangan darurat bencana alam; WC umum; pengolahan air limbah; trotoar dan jembatan penyeberangan; kendaraan dan peralatan pemadam kebakaran; sarana pembasmi wabah penyakit menular.
Sarana olah raga, kesenian dan rekreasi; penjara dan panti rehabilitasi; prasrana dan sarana pengaturan lalu lintas; pengendalian polusi udara; sentra-sentra penjualan barang-barang kebutuhan pokok; alun-alun dan lapangan terbuka; taman dan kawasan paru-paru kota; pelayanan fakir miskin dan orang cacad; pelayanan surat-surat identitas dan pengesahan (KTP, SIM, Akta-akta); pasport, surat keterangan, dll); pelayanan surat ijin; lahan pemakaman; ambulan dan mobil derek; perpustakaan umum; museum; pendidikan dasar dan umum; gedung pementasan; balai latihan kerja; prasarana ibadah dan terminal terpadu.
Adakah yang telah berjalan dengan baik?
Hal ini terjadi karena negara memandang rakyat bukan sebagai manusia yang harus dihormati hak asasinya, tetapi sebagai komoditas. Rakyat dianggap negara sebagai sumber pemasukan bukan sebagai masyarakat yang harus dilayani.
Nama : OKTAVIANUS SITIO
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 15 Oktober 1969
Pekerjaan : Pekerja Sosial
Aktivitas : Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) Sumatera Utara
Kota Asal : Parapat
Pengalaman Organisasi : 1. Koordinator Divisi Informasi & Dokumentasi Forum
Pemberdayaan Masyarakat (FKPM) Pematangsiantar
2. Pendiri & Direktur Program Lembaga Advokasi &
Pemberdayaan Rakyat (LAYAR) Pematangsiantar
3. Pendiri Lembaga Rural Development Action (RDA)
Pematangsiantar
4. Anggota Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP)
Simalungun
5. Sekretaris Forum Kesehatan Kota (FKK) Pematangsiantar
6. Anggota Forum Kota Sehat (FKS) Pematangsiantar
7. Anggota Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS)
Pematangsiantar
8. Direktur Program Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
SULUH
Pematangsiantar
9. Direktur Radio Komunitas Perempuan SULUH
Pematangsiantar
10. Sekretaris Jaringan Radio Komunitas Sumatera Utara
(JARKOMSU)
11. Pembina Green Students Movement (GSM)
Pematangsiantar
12. Ketua Komite Sekolah SD Negeri Percontohan
Pematangsiantar
13. Dewan Daerah Walhi Daerah Sumatera Utara.
Rosmelina Sinaga
Mengikis Cara Buruk Bertani
Rosmelina Sinaga, sosok perempuan dinamis dan aktif di jagad pergerakan, sejak mahasiswa hingga saat ini. Perempuan kelahiran Pematangsiantar ini sangat konsern dengan urusan pembelaan terhadap kepentingan rakyat kecil.
Rosmelina, berkiprah bukan cuma di kota kelahirannya, Pematangsiantar. Sepak terjangnya menembus lintas daerah. Itu semua dia lakukan dengan spirit tinggi. Hambatan dan halangan yang dia hadapi, selalu dikonversi dalam bentuk sebuah tantangan. Konon pula dia seorang perempuan. Tidak mudah melakukan aktivitas, yang kadang harus merangsek pada ruang-ruang sarat tekanan.
Saat ini Rosmelina berada di tengah-tengah para petani di Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Tobasa. Sejak Juli 2010 silam, dia dengan gigihnya terus mendampingi para petani disana. Dia menyadari petani di Lumbanjulu belum sadar sepenuhnya bagaimana mengelola pertanian, menjadi basis ekonomi dan kehidupan yang kuat.
Sudah dimaklumi, petani di kampung masih sering terjebak dengan pemahaman sempit dalam pengelolaan pertanian. Menilai pertanian dan bertani tidak ubahnya hukuman bagi orang-orang gagal di kota lalu pulang ke kampung bergulat dengan tanah dan kemiskinan. Atau bertani dianggap cuma sekadar menghasilkan produk pertanian apa adanya. Jauh dari kualitas dan kuantitas.
Padahal, jika digeluti dengan baik dan benar, bertani dan pertanian bisa membuat petani sejahtera. Itulah tugas Rosmelina di kampong sana. Mendampingi para petani.
Nama : ROSMELINA SINAGA
Tanggal Lahir : 21 Juli 1979
Tempat tinggal : Jalan Ragi Hidup No. 56 Kel. Bane, Pematangsiantar
PENDIDIKAN
- Tamatan SD Sw. GKPS No. 1 Pematangsiantar, tahun 1992 (berijazah).
- Tamatan SMP Sw. GKPS Pematangsiantar, tahun 1995 (berijazah).
- Tamatan SMU Negeri 4 Pematangsiantar, tahun 1999 (berijazah).
- Fakultas Hukum USI / Sarjana Tahun 2001-2005 (berijazah).
- Telah mengikuti Pelatihan Kursus Pendidikan Advokat (PKPA) yang diselenggarakan Serikat Pengacara Indonesia (SPI)
PENGALAMAN ORGANISASI :
1. Pernah Menjadi anggota dan Pengurus Organisasi Remaja Pecinta Alam SMU Negeri 4 Pematangsiantar Tahun 1995 s/d 1998
2. Pendiri Kelompok Pecinta Alam Akari Green Team (AGT) aktif sampai sekarang
3. Anggota dan Pengurus Pecinta Sejati Alam Bebas Indonesia (PASAI) di Medan
4. Anggota dan Ketua Bidang Aksi Dan Pelayanan GMKI Cabang Siantar-Simalungun Tahun 2004 s/d 2006
5. Sekretaris Serikat Petani Indonesia (SPI) Cabang Simalungun
6. Pengurus Perhimpunan Bantuan Hukum Dan Hak Azasi Manusia Indonesia- Sumut
PENGALAMAN KERJA
- Dari tahun 1998 s/d tahun 2001 di Lembaga AKARI sebagai Pendamping Masyarakat (Hutan Kemasyarakatan).
- Dari tahun 2001 s/d tahun 2002 di Yayasan Tanah Rakyat (YTR) sebagai Pendamping Petani dan Pengungsi Aceh yang berada di Kab. Simalungun.
- Dari tahun 2001 s/d sekarang di Himpunan Pelestari Hutan Andalan (HPHA) Jabatan Pengembangan SDM (Unit Kerja Wil. II HPHA Indonesia, Sumut)
- Dari tahun 2002 s/d tahun 2004 di LPM SULUH sebagai Tenaga Volunter Advokasi Anak dan Perempuan.
- Tahun 2004 s/d tahun 2005 sebagai tenaga Volunter bencana Tsunami Aceh bersama lembaga WALHI-SU
- Tahun 2005 sebagai tenaga Volunter Bencana Gempa Bumi/ Tsunami di Nias bersama Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
- Dari tahun 2005 s/d Agustus tahun 2008 Staf Pengorganisasian/Advokasi Buruh Perkebunan di Lembaga Lentera, Labuhan Batu.
- Tahun 2009 s/d Mei 2010 Manager PT. Radio Soara Pusuk Buhit
- Tahun 2010 Bulan Juli s/d Desember 2010 sebagai tenaga Pendamping CBO Projec SCBFWM SUB DAS GOPGOPAN, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar