Dina Ismaya, Warga Simalungun
Empat Tahun ‘Bertarung’ dengan Kanker Getah Bening
Hari- hari gadis paruh baya Dina Ismaya, selalu diselimuti rasa sakit tak kepalang dan terbaring lunglai di atas kasur kusuh. Sesekali dia meneteskan air mata meratapi kesedihan yang tengah dialami. Dalam doa, dia selalu berharap dapat mujizat dari sang Maha Kuasa, agar diberi kesembuhan dari ganasnya penyakit Kanker Getah Bening. Selama 4 tahun penyakit teramat menyakitkan itu, menempel dan merusak kelenjar dibagian lehernya. Dengan serba keterbatasan pula Dina dan ke dua orang tuanya ‘bertarung’ bagaimana caranya Dina bisa sembuh dari penyakit yang tak lazim itu.
Tubuh gadis usia 23 tahun ini, terlihat kurus dengan sorot pandang kosong menatap asbes rumahnya. Segala impiannya pupus sudah. Harusnya Dina bahagia membaur dengan teman satu sekolah dan sekampungnya. Namun apa hendak dikata, penyakit Kanker Getah Bening hinggap dan menyiksanya. Itu lah fakta miris dialami Dina, saat di temui awak Tabloid ini di kediamannya Dusun Bahliran, Kecamatan Pane, Kabupaten Simalungun, Selasa pekan lalu.
Kisah dari Sri, ibu Dina yang duduk disamping putri sulungnya itu mengatakan gejala derita ini dirasa Dina ketika duduk di bangku kelas III SMA di salah satu sekolah swasta di Kota Pematangsiantar. Awalnya dia merasa ada gangguan di bagian leher tubuhnya. Ketika Dina mengeluhkan rasa sakit itu, suasana panik pun muncul bagi Sri dan suaminya Giman. Agar lekas sembuh, Dina pun diboyong ke Bidan Desa. Tapi, upaya penanganan medis desa, tak berbuah hasil. Akhirnya dengan modal nekat uang pas-pas an, Sri dan suaminya Giman membawa Dina berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Djasamen Saragih. Dari diagnosa dokter, diketahuilah bahwasanya Dina mengidap penyakit Kanker Getah Bening. Ketika dokter tau jenis penyakit yang ganas itu menyerang Dina, dia pun diusul agar dirawat di RSU H Adam Malik di kota Medan. Karena dokter RSUD Djasamen angkat tangan alias tak sanggup mengobati Dina.
Selama 6 bulan Dina dirawat di RS Adam Malik. Tentu saja kedua orang tuanya, bahkan sanak family harus pontang panting cari uang biaya pengobatan. Belum lagi mereka harus aplusan menjaga Dina selama dirawat. Agar beban itu tak terlalu berat, untung saja mereka bisa dapat subsidi Jaminan Sosial Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Mengandalkan Kartu Jamkesmas itu lah, Dina dapat perawatan medis di Kota Medan. Pihak rumah sakit Adam Malik menyarankan agar Dina menjalani perobatan kemoteraphy. Sebelum kemoteraphy itu dilakukan, pihak rumah sakit terlebih dulu minta persetujuan dari kedua orang tuanya.
Dokter pun menerangkan beberapa efek kemoteraphy yang akan dialami Dina. Menurut keterangan, efek kemoteraphy itu bisa menimbulkan rambut rontok, badan makin kurus dan timbul warna gosong di bagian tubuh. Setelah mengetahui dampak perobatan itu, dengan penuh pertimbangan, ke dua orang tuanya memutuskan tidak bersedia bila kemoteraphy di lakukan pada putrinya kesayangannya.
“Tidak mungkin lah kami ijinkan, karena akibatnya bisa membuat kondisi anakku makin parah dan tersiksa. Apalagi kata dokter, kalaupun di Kemoteraphy, belum pasti sembuh pula,” kata Sri berkisah pilu. Sejak putusan itu disampaikan ke pihak RS Adam Malik, Dina pun terpaksa dibawa pulang dan dirawat apa adanya di rumahnya.
Penuturan Sri dengan linangan air mata, saat ini putrinya hanya pasrah dapat perawatan obat kampung.
Soalnya, bila berobat ke Penang Negara Malaysia, tak akan mungkin terwujud melihat keadaan ekonomi mereka yang selama ini Ayahnya Giman hanya buruh kasar bongkar muat tangkahan. “Gimana berharap sampai ke Penang lah mas, disini saja kita mengandalkan kartu Jamkesmas. Dana darimana biayanya, belum lagi menutupi uang sekolah adik-adiknya,” keluh Sri berharap ada donatur yang mau menyisihkan uang menolong Dina sembuh dari penyakit Kanker Getah Bening itu. (*)