Selasa, 07 Desember 2010

Kadis Kesehatan Siantar Rahasiakan Proyek Di Instansinya Untuk Publik


Dalam PABD Kota Pematangsiantar tahun 2010, miliaran rupiah dana dikucurkan untuk dinas kesehatan yang dipimpin dr Ritha Nainggolan. Tentu saja uang itu diprogram tak lain demi pelayanan kesehatan prima dan peningkatan kualitas alat-alat kesehatan dan sebagainya.

Dalam APBD 2010 tertera bahwasanya dana program obat dan perbekalan kesehatan dikucurkan dana berkisar Rp2.005 miliar. Uang itu di bagi menjadi dua item. Masing-masing untuk belanja bahan/ material berkisar Rp1 miliar. Belanja bahan obat-obatan berkisar Rp1 miliar dari dana DAK. Selain itu sebesar Rp574 juta dialokasikan untuk pengadaan obat dan perbekalan kesehatan bersumber dari dana DBD.

Menurut Ritha Nainggolan, pihaknya mengakui ada melaksanakan proyek tersebut. Kegiatan itu telah berlangsung dari bulan September 2010 lalu. "Dari mana-nya dapat kalian informasi itu...?" kata Ritha menyebutkan dana proyek itu tidak sampai sebanyak itu. Menurutnya, untuk pengadaan obat-obatan, instansinya hanya mendapatkan Bantuan Daerah Bawahan (BDB) dari Pemerintah Propinsi Sumatra Utara sebesar Rp338 juta. “Realisasinya pun tidak penuh, sehingga untuk memenuhi pelaksanaan kegiatan itu, terpaksa membuat pengajuan pada Perubahan APBD 2010 ini sebesar 78 juta. Karena uangnya kurang," bilang Ritha.

Soal dana DAK, Dinkes hanya mendapatkan dana sebesar Rp700 juta dari APBN untuk keperluan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan. "Rekanannya PT Kimia Farma. Kita harapkan dapat selesai pada akhir Desember 2010" kata Juni Pardede selaku Ketua Panitia Pengadaan proyek.

Dikatakan Juni, pengadaan obat dan perbekalan tersebut, sebahagian telah digudangkan di gudang Farmasi Dinkes Siantar. "Sistimnya, obat yang kita beli tahun sebelumnya yang kita salurkan ke Puskesmas di tahun ini. Sementara yang kita datangkan sekarang, itu disalurkan untuk tahun depan bila stok obat dipuskesmas telah habis," bilang Juni menyebutkan obat-obat-an itu merupakan obat Generik.

Kebijakan ini, kata Juni dilakukan mengantisipasi kekurangan dan keterbatasan obat di Puskesmas. Dan dana tersebut tidak seluruhnya dilakukan untuk pengadaan obat, juga dilakukan untuk kegiatan peningkatan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai promosi-promosi kesehatan.

Lebih lanjut ketika The Local News meminta sang Kadis Drg Ritha Nainggolan dan ke-dua stafnya memberitahukan secara rinci proyek yang dilaksanakan, Ritha menyebutnya "rahasia" dan pihaknya belum bersedia menyampaikan kepada Publik Siantar, "Rahasia itu. Dan tak boleh di foto-foto," ujarnya.
Selain itu, Tahun 2010, Dinas kesehatan Kota Pematangsiantar juga menganggarkan dana sekitar Rp567 juta untuk pelayanan kesehatan para Lanjut Usia (lansia). Keterangan dari Drg Ritha Nainggolan, M.Kes mengatakan pihaknya mengalokasikan dana untuk kegiatan tersebut sebesar Rp560 juta rupiah. "Itu yang kita ajukan dalam APBD 2010," kata Ritha saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (22/11).

Didampingi Juni Pardede selaku Kabid Jaminan dan Sarana Kesehatan, serta Kabid Pelayanan Kesehatan, Sentiulina Purba. Ritha mengatakan peruntukan dana Rp560 juta itu habis digunakan untuk pengadaan baju kaos dan topi para lansia yang masuk dalam data binaan Dinkes Siantar. Termasuk baju kaos Kader Posyandu Se-Siantar.

"Sebenarnya mereka (Lansia red) berjumlah 17 ribuan lebih. Karena tidak bisa mengikuti program ini, kita hanya membina sekitar 5000 orang lebih," kata Ritha setelah dipertanyakan berapa jumlah Lansia peserta program ini. Dikatakan, para Lansia diberikan pelayanan kesehatan gratis di semua Puskesmas yang ada di Kota Siantar. Semisal pemeriksaan Hiper Tensi, pemeriksaan Gula Darah, dan pengobatan gratis, hingga melakukan Senam Kebugaran setiap bulannya. Khusus untuk konsultasi dan pengobatan penyakit dalam serta penyakit kejiwaan, Dinkes Siantar menetapkan Puskesmas Parsoburan sebagai pusatnya dan menempatkan 2 Dokter Spesialis penyakit itu.

"Bukan..., dana 560 ribu itu hanya untuk pembelian baju kaos saja. Untuk pelayanan kesehatan itu tidak ada dananya. Kebijakan kita-lah," kata Sentiulina menyebutkan dana kunjungan dokter spelis per minggu sebesar Rp300 ribu rupiah, tanpa merinci asal dan jumlah dana yang dibutuhkan Instansi itu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada para Lansia Siantar. "Belum lagi dana transportasi kader kita. Kalo semuanya ditampung di APBD, mana mungkin kegiatan ini bisa kita lakukan..!" ujar Sentiulina berupaya memebri keterangan yang bertolak belakang dengan keterangan sang Kadis.

Ditambahkan Ritha, pelaksanaan program pelayanan kesehatan Lansia dilakukan untuk meningkatkan umur harapan hidup, yang untuk Standart Kota Siantar sekitar 72 Tahun, lebih tinggi dibandingkan Standart Nasional, yakni 60 Tahun. "Jadi berbangga la kita masyarakat Siantar. Sebab masih bisa kita melihat orang tua kita hidup hingga ber-usia 72 Tahun," ketus Ritha sembari menyebutkan kegiatan pelayanan tersebut telah dilakukan secara rutinitas, sebelum dana pelayanan kesehatan Lansia ditampung dalam APBD pada Tahun 2010 untuk Siantar.

Tetapi bincang-bincang The Local News dengan sejumlah masyarakat Siantar. Program pelayanan kesehatan Lansia yang dilakukan PEMKO Siantar melalui Dinkes, dinilai hanya sekedar penambah program yang bertujuan mencari simpatik masyarakat. Disebutkan, Program pelayanan kesehatan Lansia yang dicanangkan pada masa kepemimpinan mantan walikota Ir.RESiahaan itu, tidak lain untuk keperluan Pemilihan Kepala dan Wakil Kepala Daerah (PILKADA) Siantar, 9 Juni 2010.

"Kalo hanya untuk pemeriksaan, buat apa itu dilakukan. Wong kita berobat saja harus bayar kok," kata Sugiman, warga Kecamatan Siantar Martoba Kota Pematangsiantar menyebutkan program kerja tersebut tidak membawa dampak yang maksimal akan kesehatan masyarakat Siantar, khususnya kaum Lansia. Sama halnya dengan boru Sinaga, warga Kecamatan Siantar Simarimbun. Menurutnya program tersebut hanya dapat dinikmati para Lansia dari kalangan ekonomi menengah ke-atas. Pasalnya pake kegiatan arisan segala. "Kalo seperti kami orang susah. Kek mana mau mengikuti arisan," bilangnya menyebutkan para Lansia yang disebut binaan Dinkes Siantar di-ikut sertakan dalam kegiatan semacam Arisan.


Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas

Dengan mendapatkan alokasi dana DAK (Dana Alokasi Khusus) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2,2 milliar lebih. Dinkes Siantar melaksanakan proyek pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas di tahun anggaran 2010, yang juga diterakan dalam APBD. Sayangnya, Instansi yang mengurusi pelayanan kesehatan ini tidak dapat memberikan keterangan rinci kepada The Local News, terkait penggunaannya.

Drg Ritha Nainggolan mengakui pihaknya tengah melaksanakan proyek tersebut dan diperkirakan akan selesai sebelum tahun anggaran berakhir, yakni Desember 2010. Dikatakan Ritha, dana tersebut digunakan untuk membangun ruangan tambahan kantor Dinkes Siantar dan sejumlah Puskesmas, semisal Puskesmas Kartini, Puskesmas Singosari, Puskesmas Tomuan, Puskesmas Parsoburan, Puskesmas Parsoburan, dan membangun Pos Kesehatan Kelurahan di jalan Patimura Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar.

"Selain Pos Kesehatan Kelurahan dan Penambahan ruangan perkantoran ini (Dinkes red). Pembangunannya tidak dilakukan dengan mekanisme Tender," kata Sentiulina Purba yang juga Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan tersebut, yang enggan menyebutkan perusahaan yang mengerjakan proyek itu. "Yang pasti kita melaksanakannya sesuai dengan mekanisme. Kita tidak pernah neko-neko untuk peningkatan kesehatan di kota ini," ujar Sentiulina. Tetapi ketika The Local News meminta bukti belanja barang seperti program obat dan perbekalan kesehatan dan program sarana dan prasarana puskesmas yang mengandung item belanja pengadaan alat-alat kedokteran dan alat-alat farmasi tidak diperbolehkan untuk difoto dipublikasikan ke masyarakat Kota Pematangsiantar. (ry)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar